السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا. أشهد أن لا إله الله الواحد الصمد وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد العالمين، اللهم صل وسلم على هذا النبى الكريم والمرسلين وعلى آله واصحابه أجمعين، أما بعد: فيا عباد الله أصيكم بنفسى بتقوى الله وإياي فقد فاز فوزا عظيما. إستمعوا بقول الله تعالى فى كتابه العزيز: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم : ياأيها الذين آمنوا إتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. واعلموا ان الله أمركم أمرا بدأ فيه بنفسه وثنى بالملائكة المسبحة بقدسه فقال تعالى مخبرا وآمرا إن الله وملائكته يصلون على النبى ياأيهاالذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد كما صليت وسلمت على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد
CINTA DUNIA DAN BENCI KEMATIAN
Akan datang suatu zaman umat lain memperebutkan kamu sekalian seperti
memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat bertanya “Apakah kami jumlahnya
sedikit pada saat itu”. Jawab Rasulullah; Bukan bahkan sesungguhnya jumlah kamu
banyak tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung di atas air dan di dalam
hatimu dijadikan kelemahan jiwa. Sahabat bertanya “apa yang dimaksud kelemahan
jiwa? Rasulullah menjawab, yaitu cinta dunia dan membeci kematian”.
Sungguh tepat isyarat yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya di
atas bahwa pada akhir zaman nanti umat Islam akan mengalami disintergrasi,
penurunan kualitas iman, ibadah-ibadah yang dilaksankan hanya melepaskan beban
kewajiban dan kegiatan rutinitas ritual tidak di sadari sebagai sebuah
kebutuhan sehingga yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari tidak lebih
dengan orang yang tidak beriman. Sehingga mereka mudah diombang-ambingkan oleh
kegemerlapan dunia yang serba menggiurkan. Ibarat buih yang terapung di atas
air akan terhempas kemana-mana.
Dunia ini sebenarnya jika kita telususri dari segi pengertian bahasanya
yang terambil dari kata danâ, yang artinya adalah dekat, sebentar. Dari makna
ini bisa dipahami bahwa dunia ini adalah suatu tempat yang dekat lagi sebentar.
Hal ini dapat dirasakan ketika kita memakan makanan, yang merasakan lezat
dan pahitnya adalah hanya sampai pada tenggorokan saat sampai diperut, tidak
bisa dibedakan rasanya mana makanan yang lezat dan makanan yang tidak lezat.
Itulah gambaran kehidupan dunia.
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah.
Salah satu penyebab kehilapan manusia adalah karena kecintaan terhap dunia.
Orang yang sangat mencintai dunia segala pikiran dan pandangannya selalu diukur
oleh perhitungan dunia, bahkan kadang-kadang ada di antara umat Islam
melaksanakan urusan akhirat bukan sebenarnya tujuan akhirat akan tetapi hanya
sebagai pengelabuan kepada orang lain untuk mencapai cita-cita dunia.
Bangsa kita yang nota bene umat yang terbanyak adalah umat Islam, yang
tentu saja agama kita sangat mengharapkan prilaku umatnya berjalan sesuai
dengan aturan agamanya. tetapi sebuah pertanyaan, adalah mengapa
persoalan bangsa kita belum terselesaikan atau paling tidak ada titik terang
menuju suatu perubahan prilaku.
Bahkan tampaknya masih memprihatinkan prilaku sebagian masyarakat kita,
baik masyarakat maupun masyarakat pemegang kekuasaan yang sangat diharapkan
bisa menegakkan aturan tetapi justru seakan-akan mengambil satu prinsip
“mumpung”.
Inilah budaya yang menggerogoti kehidupan bangsa kita, mumpun ada
kesempatan, kapan lagi dimanfaatkan kedudukan itu kalau bukan sekarang. Pada
hal jabatan itu sebenarnya hanya sebagai sebuah amanat bukan sebuah tujuan dan
nantinya diakhirat akan dipertanyakan oleh Allah :
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Mempertahankan kebenaran di negara kita adalah sesuatu yang sangat langka
lagi mahal. Ada orang yang mau berjuang akan tetapi selalu diukur dengan
materi, kalau tidak menguntungkan bagi dirinya lebih baik bungkam atau diam
daripada kedudukannya digeser.
Memang dunia ini manis rasanya dan enak dipandang, maka manusia
tertarik dengannya. Betapa banyak manusia yang hanya memburu dunia setiap
saat tidak mengenal waktu, siang dan malam, panas dan dingin. Bahkan terbawa
dalam mimpi. Pada hal apa yang diburunya itu belum tentu menjamin dirinya untuk
mendapat ketenangan. Karena betapa banyak orang yang punya harta melimpah,
punya segala macam pasilitas dunia, punya mobil mewah, rumah mewah, apa saja
yang dia mau maka semua bisa dibelinya, tetapi justru hidupnya tidak
tenang dan tidak bisa dinikmati.
Mobil mewahnya ada tapi tidak bisa dipakainya karena punya penyakit tidak
bisa naik kendaraan, makanannya apa saja yang diinginkan tetapi itu semua tidak
bisa dimakannya kecuali hanya sesendok nasi yang tak berlauk.
Sidang Jum’at yang berbahagia!
Agama Islam bukan berarti melarang kita untuk mencarinya, agama kita tetap
memberikan peluang seluas-luasanya bagi umat manusia untuk mendapatkan harta
sebanyak-banyaknya. Tidak melarang untuk kaya. Akan tetapi cara mendapatkannya
dan memanfaatkannya harus sesuai dengan ajaran agama Islam dan tidak menjadi
segala-galanya. Demikian pula jangan meninggalkan dunia karena hanya terpokus
pada ibadah kepada Allah.
Agama kita mensinyalir bahwa dunia adalah sarana untuk mendapatkan
kehidupan akhirat yang lebih baik. Dunia ini dengan segala fasilitasnya kita
yang seharusnya mengendalikan bukan dia yang mengatur kita.
Harta yang kita miliki janganlah ia yang mengatur dan memperbudak kita,
karena mobil kita yang bagus setiap hari dilap dan dicuci, sementara diri
kita, hati kita tidak pernah dibersihkan melalui dengan zikir-zikir atau
beribadah kepada Allah, kalaupun dilakukan hanya dengan sangat terpaksa atau
merasa malu dengan sesamanya.
Padahal semestinya rasa malu itu jauh lebih didahulukan kepada Allah
daripada manusia. Karena seseorang yang malu kepada Allah pasti juga malu
terhadap manusia tidak sebaliknya. Jadi harta itu kita yang mengaturnya dan
memanfaatkannya bukan kita yang dimanfaatkan.
Jika umat Islam sudah menomorsatukan dunia di atas segala-galanya, enggan
menyuarakan kebenaran dan melarang kemungkaran maka Allah akan mencabut
kebesaran Islam dari permukaan bumi ini dan mencabut keberkahan wahyu.
Ketika umat Islam sangat mencintai dunia dengan sendirinya pasti muncul
sifat kedua yaitu takut akan mati. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa mereka
takut mati? Padahal semua yang namanya makhluk pasti akan mati sekalipun
bersembunyi di balik batu besar dan benteng yang tertutup rapat-rapat.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ
كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Orang takut mati mungkin karena takut meninggalkan hartanya atau mungkin
belum ada persiapan dalam menghadapi kematian.
Takut mati termasuk salah satu di antara penyakit umat manusia dalam
perjuangannya. Sebab dalam perjuangannya selalu diliputi oleh rasa kekhawatiran
akan terkena resiko. Akibatnya mau berjuang asal tidak ada resiko yang menimpa,
asal dirinya selamat, dan untuk menyelamatkan diri maka dalam memperjuangkan
Islam kadang memutar balikkan fakta. yang hak dinyatakan batil, yang batil
dinyatakan hak.
Orang kecil bersalah ditetapkan hukuman yang berat, sementara yang besar
yang bersalah dinyatakan benar atau bebas dari jeratan hukum. Hukum ibarat
pisau hanya sebelah yang bisa mengiris benda. Padahal di dalam ajaran agama
kita bahwa semua orang sama didepan hukum.
Hal ini kita dapat menyaksikan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara di bumi Indonesia yang kita cintai, dimana keadilan yang merupakan
suatu ajaran asasi dalam agama Islam bahkan semua agama adalah sesuatu hal yang
sangat mahal, nyaris barang yang namanya keadilan hampir menghilang
dipersada Indonesia.
Padahal kita harus sadari dan membuka mata lebar-lebar serta mengambil
ibrah beberapa peristiwa yang terjadi, baik peristiwa alam (tsunami yang
terjadi di Aceh dan sebagian daerah sumatera utara di susul lagi gempa bumi)
maupun kejadian non-alam (pengeboman, penyakit busng lapar, dsb) itu semua
adalah peringatan bagi kita semua dari Allah. Banyak lagi contoh lain yang
terhampar di depan mata kita.
Oleh karenanya, marilah kita semua mengintrospeksi diri, khususnya bagi
para pemimpin bangsa ini, mulai dari tingkat yang paling atas sampai kepada
tingkat yang paling rendah serta semua masyarakat Indonesia untuk bersama-sama
menata kembali bangsa kita ini dengan baik. Para pemimpin jalankanlah tugas
kepemimpinannya yang berpihak kepada rakyat bukan berpihak kepada kekuasaan,
demikian pula rakyat mendengar dan mentaati aturan-aturan yang ada. Kalau semua
berjalan dengan baik maka janji Allah akan kita dapatinya, yaitu berupa
keberkahan dari bumi dan langit. sebagimana firman-Nya
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بما
فيه من ألآية والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم إنه هو السميع البصير
Ciharalang, 10 Januari 22
Rabi’ul Akhir 1439 H
Al-fakir Tatang Zaenal Mustofa
Khutbah dua diserahkan ke Khotib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar