إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.مَنْ يَهْدِهِ
اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ
بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.أَمَّا بَعْدُ:فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا,
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي
النَّار
Nasihat untuk pengantin baru dan pengantin lama
(umum).
1. Nikah itu sunnah Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam maka dilaksanakannya sesuai petunjuk yang dibawa
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam . dan ketika membina rumah tangga pun harus
mengikuti petunjuk Allah Ta’ala yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam .
النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِى فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى وَتَزَوَّجُوا
فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
“Nikah
itu sunnahku.. siapa yang tidak mengamalkan sunahku, bukan bagian dariku.
Menikahlah, karena saya merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan
seluruh umat.” (HR. Ibnu Majah 1919 dan dihasankan al-Albani).
2. Allah menolong orang yang menikah untuk menjaga kehormtannya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ
اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ
الْعَفَافَ
Ada 3
orang yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah, (1) Orang yang berjihad
di jalan Allah, (2) Budak mukatab yang ingin menebus dirinya untuk merdeka, dan
(3) Orang yang menikah, karena ingin menjaga kehormatannya. (HR.
Nasai 3133, Turmudzi 1756, dan dihasankan al-Albani).
3. Telah terbukti, ketika masyarakat zaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengikuti Petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam menikah dan membina rumah tangga, maka terbentuklah masyarakat yang
baik. Menjadi masyarakat teladan. Yang menilai bukan juri dari lomba keluarga
teladan, namun yang memujinya adalah Allah SWT, dengan disebut sebagai umat
yang terbaik.
{كُنْتُمْ خَيْرَ
أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وتُؤْمِنُونَ بِالَلَّهِ} [آل عمران: 110]
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
[Al ‘Imran:110]
a. amar ma’ruf nahi munkar.
ma’ruf (kebaikan) tertinggi itu tauhid, menyembah hanya kpd Allah, minta tolong
hanya kpd Allah.
{ إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة: 5].
Munkar yang terburuk adalah
kemusyrikan, menyekutukan Allah dengan lainnya. misal sedang kesulitan, maka
mintanya bukan kpd Allah tapi kepada gunung, minta kepada kuburan keramat, ke
dukun ramal atau tukang sihir dsb. itu dosa terbesar, tidak diampuni bila
sampai meninggalnya belum bertobat. Itu semua wajib dicegah.
Keluarga yang mengikuti Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam , beramar ma’ruf nahi munkar sampai dalam segala
urusan. Misal makan dan minum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengajari untuk baca bismillah dan pakai tangan kanan, maka dilakukan dan
diajarkan kepada keluarga. Mencegah kemunkaran, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam wanti2 bhw makan dan minum pakai tangan kiri itu cara syetan, maka
harus dijauhi dan diperingatkan pula kepada keluarga dan anak2. jangan sampai
makan dan minum pakai tangan kiri.
b. Semua itu disertai وتُؤْمِنُونَ بِالَلَّهِ beriman kpd Allah, diyakini dalam hati (segala amalan
ikhlas utk Allah) dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan. mengikuti pa-apa yang
diberintahkan, dan menjauhi segala yang dilarang.
Itulah masyarakat yang dipuji
oleh Allah Ta’ala, yaitu para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mengikuti petunjuk2 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yaitu Islam ini diyakini dan diamalkan ikhlas untuk Allah Ta’ala.
4. Dalam mengamalkan itu semua
sudah diberi perangkat untuk menjaga diri agar terhindar dari gangguan syetan
yang terkutuk. Di antaranya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi
petunjuk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ
تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ
الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah
menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan akan lari
dari suatu rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah” (HR.
Muslim no. 780).
Juga dalam hal agar anak2 kita nantinya tidak diganggu
syetan, maka ada petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
kita berhubungan suami isteri:
«لَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ
جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا،
فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ » صحيح البخاري (1/ 40)
Seandainya seseorang di antara
kalian menjumpai istrinya dan ia mengucapkan,
بِاسْمِ اللَّهِ،
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan
menyebut nama Allah, Ya Allah Jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah pula
setan dari apa yang Engkau anugrahkan kepada kami”, lalu
keduanya dianugrahi seorang anak niscaya setan tak dapat membahayakannya.
(HR Bukhari dan Muslim)
5. Kemudian, seperti apa bentuknya masyarakat yang dipuji olh
Allah SWT itu, gejalanya adalah mereka bersemangat dalam iri, tapi bukan iri
masalah dunia, namun iri agar bisa berlomba dalam kebaikan untuk bekal di
akherat. Hingga orang2 miskin pun iri terhadap orang kaya bukan iri mengenai
harta, dan mereka tidak memprotes taqdir, namun minta jalan keluar kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam agar bisa berlomba mengimbangi kebaikan orang2
kaya.
Para sahabat bersemangat untuk
mendapatkan banyak pahala.
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا
لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ
بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ
وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ « أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ
صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ
وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ
أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ
لَهُ أَجْرٌ
Dari Abu
Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya sebagian dari para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya
lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat,
mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan
kelebihan harta mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershodaqaqoh?
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid adalah
shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah
shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang
di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh “. Mereka bertanya, “ Wahai
Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia
mendapat pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia
berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia
mendapat pahala”. (HR. Muslim no. 2376)
6. Selanjutnya, wanita yang kesempatannya tidak sebanyak kaum
laki2 karena ada saat2 haidh, nifas, menyusui; dan (maaf, mungkin) masih pula
lebih cenderung baper (bawa perasaan) hingga kemungkinan bisa mudah tidak
terima kepada suami atau mudah dibawa perasaan, maka masih pula diberi
kesempatan baik untuk bisa berlomba kebaikan dengan orang laki-laki yang (orang
laki2 rata2) kesempatannya lebih banyak dan kekuatannya pun lebih. Hingga
wanita diberi prioritas agar bisa bersaing dalam kebaikan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا
وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ
الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika
seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di
bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina)
dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki
sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.”
(HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Peluang-peluang atau
kesempatan-kesempatan itu telah digunakan sebaik-baiknya oleh para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam , baik suami maupun istri, sehingga menjadi
masyarakat yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai umat terbaik tersebut.
Semoga pernikahan ini diberi
pertolongan oleh Allah Ta’ala sehingga bisa meniru keluarga keluarga para
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dipuji oleh Allah
Ta’ala tersebut.
[Kemudian akad nikah (ijab oleh wali dan qabul oleh pengantin
laki-laki) dilangsungkan, yaitu oleh wali dengan pengantin laki-laki disaksikan
oleh dua saksi laki-laki Muslim yang memenuhi syarat].
Dianjurkan mendoakan kedua
mempelai dengan doa yang ma’tsur (disebutkan dalam riwayat) berikut:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا
رَفَّأَ الْإِنْسَانَ إِذَا تَزَوَّجَ، قَالَ: «بَارَكَ اللَّهُ لَكَ،
وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ»
Dari Abu Hurairah: Bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengucapkan selamat dan doa jika ada
orang yang menikah, Beliau mengucapkan, “Baarakallahu….(artinya: “Semoga
Allah memberkahi untukmu, atasmu dan menghimpun kamu berdua dalam kebaikan”).
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
{سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ} {وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ}
{وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين يا
الله وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ
Ditulis Oleh Tatang Zaenal
Mustofa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar